Home » , , , , » Kata Hati Yang Tertahan

Kata Hati Yang Tertahan

Air mata adalah kata hati yang tidak bisa diekspresikan (dikatakan dan dijalankan). Air mata adalah kelenjar yang diproduksi oleh proses lakrimasi untuk membersikan mata. Kata lakrimasi juga dapat digunakan merujuk pada menangis. Emosi yang kuat juga dapat menyebabkan menangis, walaupun kembanyakan mamalia darat memiliki sistem lakrimasi untuk membiarkan mata mereka basah, manusia adalah mamalia satu-satunya yang memiliki emosi air mata.

Di luar gerimis baru saja turun untuk kemudian menderas. Butiran air menjadi selarik tirai yang hanya sekilas saja kita lihat; menghalangi berkas-berkas cahaya sampai di tempat kita.

Pada suatu detik yang begitu istimewa, aku menjadi saksi. Ketika air matamu turun, jatuh dari matamu. Begitu bening seperti embun yang bergoyang seirama dengan daun. Daun tempat embun bertengger di ujungnya untuk kemudian jatuh, luruh ke bumi setelah menggumpal di sudut matamu yang terpejam, karena beratnya jatuh ke pangkuanmu.

Jatuhnya butiran bening itu, tidak indah, berwarna-warni seperti ketika sinar matahari menembusi embun dan terbiaskan menjadi warna-warni pelangi. Manakala matamu kian terpejam dan mengikhlaskan sebuah butiran bening pergi tanpa ucapan selamat tinggal. Ketika itu pula sebagian diriku terampas. Ada kesedihan yang memaksa , menjadi pengganggu kebersamaan; kebahagiaan kita. Seandainya saja aku bisa membagi kebahagiaanku denganmu

sebuah kemestian bila kita harus menikmati betapa pun sedihnya saat itu. menangis dalam diam, air matamu berderai, tanpa isak yang terdengar. jatuh satu demi satu bergantung pada suasana hati. saat kamu terpejam , butiran-butiran bening itu jatuh, manakala bibirmu terkatup rapat tak membiarkan sekadar isak keluar dan berbisik lirih ke telinga. Mungkin ...... saat itu kamu sedang kembali bercanda dengan teman khayalmu yang mungkin adalah bagian lain dari dirimu sendiri.

seiring waktu,  tumbuh dengan wajar dan berteman khayalan yang ditinggalkan hanya kisah usang masa lalu. Namun,  tidak pernah benar-benar hilang karena Suatu ketika akan muncul kembali, menemani. Prasangkaku itu, mungkin sekali salah, meski juga tidak menutup kemungkinan bahwa itu benar. Tetapi tidak, aku tak berani berjudi dengan prasangka ketika kamu seperti itu, saat napas dihela agar ketegangan dan hembusannya tidak merusak susunan pondasi dari bangunan.

Detik-detik yang berjalan mengiringi mutiara air matamu yang berkelap-kelip saat cahaya menyapa. Hening yang ngelangut ketika diammnu seperti batu gunung yang teguh tak tergoyahkan. Mungkin adalah pertanda ketika rapuhmu hancur menjadi serpihan yang terserak. Rapuh yang sama dengan sekumpulan air terjun yang jatuh menimpa batu cadas, menjadi percikan untuk nantinya bersatu lagi, meski tidak tahu kapan?

Masa untuk terpejam, kemudian air bening menggumpal di sudut mata, lantas jatuh dan pada akhirnya juga akan selesai. Ketika kamu sadar bahwa sudah tak ada lagi kepingan yang tersisa yang masih mungkin merepih, retak dan terserak. Saat tak ada lagi yang tersisa, kembali kesadaran merampasmu dari pengembaraanmu di negeri antah berantah dan hanya kamu yang tahu rute menuju ke sana.

Di titik berangkat dan kembali, di sanalah aku kan menunggu. Penanda kedua titik itu adalah kesadaranmu yang kembali menguasaimu. Ketika kamu sadar pada usapan-usapan lembut telapak tanganku di punggungmu, menatapku sekilas kemudian rebah di bahuku dan tanganku terhenti untuk kemudian merangkulmu.

Saat itu aku tahu kamu kembali di sini bersamaku tidak lagi mengelana entah ke mana.

Kau Telah Pulang...


Share this article :

No comments:

Post a Comment

PD

Popular Post

Followers

 
Support : Copyright © 2011. Duniaku Bukan Duniamu - All Rights Reserved
Template Modify and Proudly powered by Free Blog